Rabu, 14 Mei 2014

Bab 3 . Ingatan yang diringkas #3

BAB 3 – Ingatan Yang Diringkas Bagian 3

Aku memastikan waktu untuk menyesuaikan jadwal yang ada di kertas jadwalku. Waktu sekarang sudah menunjukan pukul 07.55 AM. Itu menandakan bahwa pengarahan ini sudah berjalan 20 menit semenjak awal intruksi di berikan.
Jika memang pengarahan ini di berikan secara menyeluruh, kenapa tidak di laksanakan sebelum hari H. Atau seminggu sebelum kegiatan ini dimulai. Durasi yang di butuhkan cukup lama. Di tambah lagi cuaca hari ini sangat terik dan juga panas. Hal itu menambah keluh kesah yang dirasakan setiap murid yang sedang berkumpul dipengarahan ini.
Suhu tubuhku mulai naik. Aku mencoba mengibas-ngibaskan bajuku untuk mengurangi hawa panas yang mulai melebur di beberapa bagian.
Tempat yang di tentukan untuk berkumpulpun tentunya tidak strategis. Apalagi barisan murid-murid yang berkerumun ini menghalangi jalan masuk menuju sekolah. Semua terlihat bergerumbul dan tidak beraturan. Seperti barisan ini tidak ada yang mengatur. Atau mungkin yang mengatur barisan ini memang tidak disini.
        “ Panas sekali ya, hari ini.” Dari belakang, tiba-tiba salah satu teman satu bis ku menyapa terlebih dahulu. Raut wajahnya merah padam karena sengatan matahari. Temanku ini bernama Radi Edika. Orang-orang biasa memanggilnya Radi. Badanya tegap tinggi dan dia mempunyai tatanan rambut yang cukup rapi. Penampilanya agak mencolok dengan kontras warna baju yang tidak sepadan.
“ Sepertinya begitu. Hehe~” Aku tertawa kecil untuk menyelaraskan pembicaraan.
Saat ini aku dan Radi sedang berada di barisan paling belakang kerumunan pengarahan. Dengan batasan pendengaran yang tidak dapat kita jangkau. Kita hanya bisa diam dan juga menunggu selesainya pengarahan yang memakan waktu cukup lama ini.
Aku sedikit gelisah karena aku tidak bisa memastikan informasi yang sedang di sampaikan oleh guru pembimbing yang ada didepan.
Sesekali aku bertanya kepada salah seorang teman satu bisku yang berada sedikit jauh didepan barisan, dan alhasil dari penyampaian yang dia berikan tidak begitu mengerti apa yang sedang di bicarakan oleh guru pembimbing yang ada didepan.
Yang pasti itu tentu wajar.
        Dia juga tidak terlalu paham dengan apa yang sedang disampaikan didepan sama sepertiku, keterbatasan pendengaran dan suara yang tidak terjangkau diarea sekitar sini.
“ Ahkk sial. .” Aku memukul paha ku dengan tanganku yang sedari tadi mengenggam dengan erat
Secara spontan Radi menoleh kearahku. Begitupula sebaliknya dengan ku.
“ Kau tidak perlu khawatir. Tenang saja “ Radi menengarai dengan nada yang cukup tenang. “ Aku sudah paham dengan semua pembicaraan dari guru pembimbing yang ada didepan. Sepertinya ditengah sana sedang terjadi suatu masalah” pungkasnya ringan.
        Dengan kata-katanya yang meyakinkan Radi menimbun pernyataan yang membuat gelisahku perlahan hilang.
        Lalu–
Yang aku pikirkan kenapa dia paham itu cukup sulit untuk di mengerti. Itu yang membuat rasa gelisah ku mulai menghilang dan lebih mengarah ke rasa penasaran.
Maksudku dia sedikit misterius dari orang biasanya. Dia selalu bersemangat terhadap segala hal yang dia hadapi. Dia mengabaikan beberapa aspek yang penting seperti dia sudah begitu paham dengan aspek yang sedang dibahas. Apa karena dia orang yang ingin bebas terhadap segala sesuatu. Tidak mau berfikir keras dan juga spontan. Itu tidak akan memberatkan apa yang terjadi saat ini. Kalau boleh aku beropini dengan sikap Radi. Dia hanya seperti orang yang tidak serius dan hanya bermain-main.
Tentu saja itu bukan alasan utama. Kalian bandingkan saja Radi dengan barisan yang berada tepat di depanku. Mereka yang serius mendengarkan dengan Radi yang hanya santai di belakang, tangan menyilang di sekitar dada. Aku sedikit bingung bagaimana dia bisa paham dengan pembicaraan yang tidak dapat dia dengarkan.
         “ Lalu – “ tanyaku kebingungan. 
“ Lalu apa?” dia balik bertanya. Seakan dia sindiri tidak paham dengan situasinya.
“ Yah, Yang kamu maksudkan seperti masalah ? Apa keberangkatan kita tertunda karena ada sesuatu? “ pungkasku sambil mengangkat bahu tidak terlalu tinggi. 
“ Itu bisa juga di katakan serupa… Hmmm… namun masalah spesifiknya hanya karena dua orang dari bus kita. Seperti itulah. ”Dengan nadanya yang sedikit datar, Radi menjelaskan keadaan dengan kata-kata yang banyak rumpang.
Aku memikirkan maksud dari perkataanya. Mungkin maksud dari perkataanya adalah masalah yang terjadi, karena ada dua orang dari grup bis kita yang belum hadir untuk memulai keberangkatan. Karena sejak 20 menit tadi pengarahan ini belum juga sampai di titik selesai.
Kalau aku tidak salah mengingat, sebelum keberangkatan ini guru pembimbing pernah menegaskan akan meninggalkan murid yang terlambat hadir dalam pengarahan yang saat ini diberikan. Jadi itu berarti bahwa murid ini orang yang penting karena memiliki tugas dan murid ini juga sudah paham karena tidak perlu menghadiri pengarahan yang sudah diberikan. 
        Aku juga berimbuhan bahwa murid ini orang yang dikenal dan memiliki tugas tersendiri. Maksudku, sejak dari tadi guru pembimbing tidak memberikan kertas absensi, absensi kehadiran. Dan keadaan ini mengarah kepada murid yang tidak datang. Bagaimana hubungan bisa terjadi dengan absensi dan murid yang belum datang ini. Teoriku dia adalah dibagian koordinasi bis. Dan untuk koordinasi bis, dia yang membawa absensinya.

Tiba tiba—

“ Haahhh. Hahhh. Hahh..  sudah— lama ya ? .“ Suara yang terengah-engah tiba tiba datang dan memecah pemikiranku. Aku melihat kearah laju datangnya suara dan ternyata suara yang terasa sedikit terbatah bata itu berasal dari salah seorang teman satu bisku yang bernama Sadi, nama lenkapnya Gunawan Sadi. Pawakan tubuhnya agak tinggi dan kurus. Tatanan rambutnya normal dan semua diarahkan kesamping.
“ Eh... Sekitar 20 menit semenjak kita berkumpul.” Aku reflek menjawab sesuai dengan apa yang ada di pikiranku. Aku melihat Sadi sedikit mengeluarkan keringat. Sepertinya dia baru menghabiskan waktu berharganya di bawah teriknya matahari.
Entah apa yang dia lakukan tanpa balas dia langsung masuk menerobos kerumunan murid yang sedang mendengarkan pengarahan. Terlihat Radi berdiri tegak memperhatikan Sadi setelah dia duduk berkerudung di balik bayangan matahari.
 “ Kenapa Rad ?.” tanyaku pelan.
Dia terkejut dan mulai tertawa tipis setelah dengan wajah tegangnya itu. 
“ Si penyebab masalah. Hehe~ ” Dia membalas dengan suatu pernyataan yang tidak aku mengerti kembali. Apa yang dia bicarakan selalu seperti sebuah pernyataan yang banyak rumpang. Dia berbicara seolah-olah dia tahu banyak tentang apa yang sudah di lakukan oleh Sadi saat dia baru datang tadi. Aku jadi tergerak untuk berfikir lebih keras lagi. Agar apa yang menjadi rumpang itu dapat aku pecahkan dengan mudah. Makna yang ingin Radi sampaikan kepadaku.
        Dan saat itu.
Oh...
Suatu relasi erat terjalin jelas di dalam pikiranku.
        “Begitu ya, jadi mungkin karena ini pengarahan berjalan cukup lama .” aku berkata sambil memegang pundak kasuhi.
Terlihat wajah kasuhi menunjukan rasa yang tidak begitu mengerti dengan apa yang aku bicarakan.
        “ Ehh… maksudnya?” Dia cuma mendengung panjang menatapku.
“ Iya, maksudku kenapa pengarahan ini berjalan cukup lama karena Sadi telat datang di pengarahan ini.”
Radi memasang wajah yang tidak terlalu puas.
        “ Oh… Mmm… iya, seperti itulah.” Dia mengatakanya dengan sedikit terpaksa.”

*Tiba-tiba lagi dari arah belakang…

“Minggirlah. “
Suara mengejutkan. Suara itu membuat aku dan Radi bersamaan memperhatikan asal datangya suara.
Wajahnya ber expresi datar. Dia tidak pandai dalam menata tatanan bajunya. Badanya tegap besar. Dia adalah Rohan, nama lengkapnya Rohani Surya. Dia juga salah satu bagian kelompok murid dari bis kami.
Aku melihat Rohan menggendong sebuah gallon berisi air dengan tulisan di gallon itu adalah nama dari sekolah kami.
Kedua tanganya sedikit kesulitan. 
“ Biarkan aku membantu .“ tawarku ringan.
“ Kau tidak perlu.” Dengan cepat dia menolak bantuanku. Belum sempat aku melepas dekapan tangan ku dari gallon air yang dia bawa. Dia mulai menatapku dengan mata seperti mata yang tidak mempunyai ekspresi kehidupan. Dia melihat seakan akan kau percuma jika membantuku saat ini. Itu tidak berarti.
Sambil menampik dekapan ku dia berdiri serius. 
Dan lalu....

“PERCUMA… __MU_  _RA__ A__N MAT_ “ 

Rohan mengatakan sesuatu yang sangat jelas namun aku tidak bisa mendengarnya dengan benar.
Di telinga ku seperti ada dengungan yang membuatku tuli sementara. Seperti ada yang mempengaruhiku agar aku tidak bisa mendengarkan perkataan itu. Tiba tiba Sadi menarik tangan Rohan saat aku sedang kebingungan dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Tapi aku tidak terlalu memikirkan hal itu. Sikap Rohan yang seperti itu sudah sering terjadi semenjak salah satu saudara kandungnya meninggal dunia atas insiden kecelakaan. Dia berperilaku malas dan juga dingin ke setiap orang.
Itu mungkin wajar karena dia kehilangan saudaranya yang sangat dekat.
Yang aku pikirkan saat ini adalah Radi.
        Dia mencongakan wajahnya untuk sekilas menatap langit tanpa awan.
“ Kamu sedang apa ? .” aku bertanya untuk kepastian.
Dia memandangku sebentar dan kembali kepandangan awalnya.
“ Hari ini panas ya? Kau juga merasakanya kan.”
“ Hehh… bukankah kita sudah membicarakan tentang hal ini saat tadi .”
Sekarang dia menatapku lagi.
“ Sepertinya kamu yang membuka pembicaraan kita saat ini Erenda. “ kata Radi santai “ Dan aku pikir ini pertama kalinya kita
membahas tentang teriknya matahari.”
Eh—
Jantungku berhenti sebentar.
        Aku memang selalu tidak paham dengan apa yang sedang di bicarakan Radi. Tapi kali ini dia berbicara tanpa memberikan rujuk untuk mengisaratkan perkataanya itu seperti apa.
Maksudku yang dikatakanya saat ini seperti buah semangka yang tumbuh di tangkai tomat. Tidak masuk akal.
“ Aku tidak paham Radi ? Maksudku kita sudah sejak dari tadi bicara tentang hal ini. Bukankah sejak tadi kita sedang membicarakan tentang pengarahan yang tertunda. Ya… Dan kamu sendiri yang menyadari hal itu ketika aku sedang gelisah karena sulit mendengarkan.” Kataku panjang lebar.
        Bukankah seperti itu Radi—
        Lalu—
 Dia menatap ku dengan wajah yang tidak begitu mengerti. 
“ Sepertinya ada yang salah denganmu hari ini Erenda. Kamu bisa lihat keadaan sekitarkan ? Semua sudah berjalan menuju bis masing masing. Dan aku tidak mengerti dengan apa yang kamu maksudkan perkataan tertunda itu. “
        Aku menatap sekelilingku dan mendapatkan hasil yang menngejutkan.
Mereka semua tidak berkerumun. Mereka semua berjalan menuju bis. Dan hanya aku yang tidak mengerti. 
Kenapa?
 “ Radi, jangan bercanda dengan semua ini.” Kataku dengan nada yang sedikit naik” Aku sedang serius.”
“ Ehh untuk apa aku berbohong.” Kata Radi dengan dahi yang mengekrut “ Kau bisa lihat sekelilingkan. Kau juga bisa tanyakan mereka.”
Mataku berpaling untuk berfikir. Otaku berputar putar kencang karena kebingungan.
Apa yang aku ingat tidak sesuai dengan fakta yang terjadi saat ini. 
Aku mulai bertanya kepada berapa murid-murid yang lain.
        Jawaban mereka semua sama.
Mereka memadangku seperti aku orang gila yang bertanya sesuatu yang sangat aneh. 
Lalu apa yang terjadi barusan apa hanya sebuah bayangan. Seperti bayangan yang ingin menutupi sesuatu. Dan aku tidak menyadari sedikit pun apa maksud dari bayangan itu.
Tiba tiba aku mengingat sebuah nama yang berkaitan dengan kejadian ini.

“ Sadi... “


“ Rohan... “



Categories:

0 komentar:

Posting Komentar