BAB
3 – Ingatan Yang Diringkas Bagian 3
Aku
memastikan waktu untuk menyesuaikan jadwal yang ada di kertas jadwalku. Waktu
sekarang sudah menunjukan pukul 07.55 AM. Itu menandakan bahwa pengarahan
ini sudah berjalan 20 menit semenjak awal intruksi di berikan.
Jika memang pengarahan
ini di berikan secara menyeluruh, kenapa tidak di laksanakan sebelum hari H.
Atau seminggu sebelum kegiatan ini dimulai. Durasi yang di butuhkan cukup lama.
Di tambah lagi cuaca hari ini sangat terik dan juga panas. Hal itu menambah
keluh kesah yang dirasakan setiap murid yang sedang berkumpul dipengarahan ini.
Suhu tubuhku
mulai naik. Aku mencoba mengibas-ngibaskan bajuku untuk mengurangi hawa panas
yang mulai melebur di beberapa bagian.
Tempat yang
di tentukan untuk berkumpulpun tentunya tidak strategis. Apalagi barisan murid-murid
yang berkerumun ini menghalangi jalan masuk menuju sekolah. Semua terlihat
bergerumbul dan tidak beraturan. Seperti barisan ini tidak ada yang mengatur.
Atau mungkin yang mengatur barisan ini memang tidak disini.
“ Panas sekali ya, hari ini.” Dari belakang, tiba-tiba salah satu
teman satu bis ku menyapa terlebih dahulu. Raut wajahnya merah padam karena
sengatan matahari. Temanku ini bernama Radi Edika. Orang-orang biasa
memanggilnya Radi. Badanya tegap tinggi dan dia mempunyai tatanan rambut yang
cukup rapi. Penampilanya agak mencolok dengan kontras warna baju yang tidak
sepadan.
“ Sepertinya
begitu. Hehe~” Aku tertawa kecil untuk menyelaraskan pembicaraan.
Saat ini aku
dan Radi sedang berada di barisan paling belakang kerumunan pengarahan. Dengan
batasan pendengaran yang tidak dapat kita jangkau. Kita hanya bisa diam dan
juga menunggu selesainya pengarahan yang memakan waktu cukup lama ini.
Aku sedikit
gelisah karena aku tidak bisa memastikan informasi yang sedang di sampaikan
oleh guru pembimbing yang ada didepan.
Sesekali aku
bertanya kepada salah seorang teman satu bisku yang berada sedikit jauh didepan
barisan, dan alhasil dari penyampaian yang dia berikan tidak begitu mengerti
apa yang sedang di bicarakan oleh guru pembimbing yang ada didepan.
Yang pasti
itu tentu wajar.
Dia juga tidak terlalu paham dengan apa yang sedang
disampaikan didepan sama sepertiku, keterbatasan pendengaran dan suara yang
tidak terjangkau diarea sekitar sini.
“ Ahkk sial.
.” Aku memukul paha ku dengan tanganku yang sedari tadi mengenggam dengan erat
Secara
spontan Radi menoleh kearahku. Begitupula sebaliknya dengan ku.
“ Kau tidak
perlu khawatir. Tenang saja “ Radi menengarai dengan nada yang cukup tenang. “
Aku sudah paham dengan semua pembicaraan dari guru pembimbing yang ada didepan.
Sepertinya ditengah sana sedang terjadi suatu masalah” pungkasnya ringan.
Dengan kata-katanya yang meyakinkan Radi menimbun pernyataan
yang membuat gelisahku perlahan hilang.
Lalu–
Yang aku
pikirkan kenapa dia paham itu cukup sulit untuk di mengerti. Itu yang membuat
rasa gelisah ku mulai menghilang dan lebih mengarah ke rasa penasaran.
Maksudku dia
sedikit misterius dari orang biasanya. Dia selalu bersemangat terhadap segala
hal yang dia hadapi. Dia mengabaikan beberapa aspek yang penting seperti dia
sudah begitu paham dengan aspek yang sedang dibahas. Apa karena dia orang yang
ingin bebas terhadap segala sesuatu. Tidak mau berfikir keras dan juga spontan.
Itu tidak akan memberatkan apa yang terjadi saat ini. Kalau boleh aku beropini
dengan sikap Radi. Dia hanya seperti orang yang tidak serius dan hanya
bermain-main.
Tentu saja
itu bukan alasan utama. Kalian bandingkan saja Radi dengan barisan yang berada
tepat di depanku. Mereka yang serius mendengarkan dengan Radi yang hanya santai
di belakang, tangan menyilang di sekitar dada. Aku sedikit bingung bagaimana
dia bisa paham dengan pembicaraan yang tidak dapat dia dengarkan.
“ Lalu – “ tanyaku kebingungan.
“ Lalu apa?”
dia balik bertanya. Seakan dia sindiri tidak paham dengan situasinya.
“ Yah, Yang
kamu maksudkan seperti masalah ? Apa keberangkatan kita tertunda karena ada
sesuatu? “ pungkasku sambil mengangkat bahu tidak terlalu tinggi.
“ Itu bisa
juga di katakan serupa… Hmmm… namun masalah spesifiknya hanya karena dua
orang dari bus kita. Seperti itulah. ”Dengan nadanya yang sedikit datar, Radi menjelaskan
keadaan dengan kata-kata yang banyak rumpang.
Aku
memikirkan maksud dari perkataanya. Mungkin maksud dari perkataanya adalah
masalah yang terjadi, karena ada dua orang dari grup bis kita yang belum hadir
untuk memulai keberangkatan. Karena sejak 20 menit tadi pengarahan ini belum
juga sampai di titik selesai.
Kalau aku
tidak salah mengingat, sebelum keberangkatan ini guru pembimbing pernah
menegaskan akan meninggalkan murid yang terlambat hadir dalam pengarahan yang saat
ini diberikan. Jadi itu berarti bahwa murid ini orang yang penting karena
memiliki tugas dan murid ini juga sudah paham karena tidak perlu menghadiri
pengarahan yang sudah diberikan.
Aku
juga berimbuhan bahwa murid ini orang yang dikenal dan memiliki tugas
tersendiri. Maksudku, sejak dari tadi guru pembimbing tidak memberikan kertas
absensi, absensi kehadiran. Dan keadaan ini mengarah kepada murid yang tidak
datang. Bagaimana hubungan bisa terjadi dengan absensi dan murid yang belum
datang ini. Teoriku dia adalah dibagian koordinasi bis. Dan untuk koordinasi
bis, dia yang membawa absensinya.
Tiba tiba—
“ Haahhh.
Hahhh. Hahh.. sudah— lama ya ? .“ Suara
yang terengah-engah tiba tiba datang dan memecah pemikiranku. Aku melihat
kearah laju datangnya suara dan ternyata suara yang terasa sedikit terbatah
bata itu berasal dari salah seorang teman satu bisku yang bernama Sadi, nama
lenkapnya Gunawan Sadi. Pawakan tubuhnya agak tinggi dan kurus. Tatanan
rambutnya normal dan semua diarahkan kesamping.
“ Eh...
Sekitar 20 menit semenjak kita berkumpul.” Aku reflek menjawab sesuai dengan apa
yang ada di pikiranku. Aku melihat Sadi sedikit mengeluarkan keringat.
Sepertinya dia baru menghabiskan waktu berharganya di bawah teriknya matahari.
Entah apa
yang dia lakukan tanpa balas dia langsung masuk menerobos kerumunan murid yang
sedang mendengarkan pengarahan. Terlihat Radi berdiri tegak memperhatikan Sadi
setelah dia duduk berkerudung di balik bayangan matahari.
“
Kenapa Rad ?.” tanyaku pelan.
Dia terkejut
dan mulai tertawa tipis setelah dengan wajah tegangnya itu.
“ Si
penyebab masalah. Hehe~ ” Dia membalas dengan suatu pernyataan yang tidak aku
mengerti kembali. Apa yang dia bicarakan selalu seperti sebuah pernyataan yang
banyak rumpang. Dia berbicara seolah-olah dia tahu banyak tentang apa yang
sudah di lakukan oleh Sadi saat dia baru datang tadi. Aku jadi tergerak untuk
berfikir lebih keras lagi. Agar apa yang menjadi rumpang itu dapat aku pecahkan
dengan mudah. Makna yang ingin Radi sampaikan kepadaku.
Dan saat itu.
Oh...
Suatu relasi
erat terjalin jelas di dalam pikiranku.
“Begitu ya, jadi mungkin karena ini pengarahan berjalan cukup
lama .” aku berkata sambil memegang pundak kasuhi.
Terlihat
wajah kasuhi menunjukan rasa yang tidak begitu mengerti dengan apa yang aku
bicarakan.
“ Ehh… maksudnya?” Dia cuma mendengung panjang menatapku.
“ Iya,
maksudku kenapa pengarahan ini berjalan cukup lama karena Sadi telat datang di
pengarahan ini.”
Radi memasang wajah yang tidak
terlalu puas.
“ Oh… Mmm… iya, seperti itulah.” Dia mengatakanya dengan
sedikit terpaksa.”
*Tiba-tiba lagi dari arah belakang…
“Minggirlah. “
Suara mengejutkan. Suara itu membuat
aku dan Radi bersamaan memperhatikan asal datangya suara.
Wajahnya ber
expresi datar. Dia tidak pandai dalam menata tatanan bajunya. Badanya tegap
besar. Dia adalah Rohan, nama lengkapnya Rohani Surya. Dia juga salah satu
bagian kelompok murid dari bis kami.
Aku melihat
Rohan menggendong sebuah gallon berisi air dengan tulisan di gallon itu adalah
nama dari sekolah kami.
Kedua
tanganya sedikit kesulitan.
“ Biarkan
aku membantu .“ tawarku ringan.
“ Kau tidak
perlu.” Dengan cepat dia menolak bantuanku. Belum sempat aku melepas dekapan tangan
ku dari gallon air yang dia bawa. Dia mulai menatapku dengan mata seperti mata
yang tidak mempunyai ekspresi kehidupan. Dia melihat seakan akan kau percuma
jika membantuku saat ini. Itu tidak berarti.
Sambil
menampik dekapan ku dia berdiri serius.
Dan lalu....
“PERCUMA…
__MU_ _RA__ A__N MAT_ “
Rohan
mengatakan sesuatu yang sangat jelas namun aku tidak bisa mendengarnya dengan
benar.
Di telinga
ku seperti ada dengungan yang membuatku tuli sementara. Seperti ada yang
mempengaruhiku agar aku tidak bisa mendengarkan perkataan itu. Tiba tiba Sadi
menarik tangan Rohan saat aku sedang kebingungan dengan apa yang sedang terjadi
saat ini. Tapi aku tidak terlalu memikirkan hal itu. Sikap Rohan yang seperti
itu sudah sering terjadi semenjak salah satu saudara kandungnya meninggal dunia
atas insiden kecelakaan. Dia berperilaku malas dan juga dingin ke setiap orang.
Itu mungkin
wajar karena dia kehilangan saudaranya yang sangat dekat.
Yang aku
pikirkan saat ini adalah Radi.
Dia mencongakan wajahnya untuk sekilas menatap langit tanpa
awan.
“ Kamu
sedang apa ? .” aku bertanya untuk kepastian.
Dia
memandangku sebentar dan kembali kepandangan awalnya.
“ Hari ini
panas ya? Kau juga merasakanya kan.”
“ Hehh… bukankah
kita sudah membicarakan tentang hal ini saat tadi .”
Sekarang dia
menatapku lagi.
“ Sepertinya kamu yang membuka
pembicaraan kita saat ini Erenda. “ kata Radi santai “ Dan aku pikir ini
pertama kalinya kita
membahas tentang teriknya matahari.”
Eh—
Jantungku
berhenti sebentar.
Aku memang selalu tidak paham dengan apa yang sedang di
bicarakan Radi. Tapi kali ini dia berbicara tanpa memberikan rujuk untuk
mengisaratkan perkataanya itu seperti apa.
Maksudku
yang dikatakanya saat ini seperti buah semangka yang tumbuh di tangkai tomat.
Tidak masuk akal.
“ Aku tidak
paham Radi ? Maksudku kita sudah sejak dari tadi bicara tentang hal ini.
Bukankah sejak tadi kita sedang membicarakan tentang pengarahan yang tertunda. Ya…
Dan kamu sendiri yang menyadari hal itu ketika aku sedang gelisah karena sulit
mendengarkan.” Kataku panjang lebar.
Bukankah seperti itu Radi—
Lalu—
Dia
menatap ku dengan wajah yang tidak begitu mengerti.
“ Sepertinya
ada yang salah denganmu hari ini Erenda. Kamu bisa lihat keadaan sekitarkan ?
Semua sudah berjalan menuju bis masing masing. Dan aku tidak mengerti dengan
apa yang kamu maksudkan perkataan tertunda itu. “
Aku menatap sekelilingku dan mendapatkan hasil yang
menngejutkan.
Mereka semua tidak berkerumun.
Mereka semua berjalan menuju bis. Dan hanya aku yang tidak mengerti.
Kenapa?
“ Radi, jangan bercanda dengan
semua ini.” Kataku dengan nada yang sedikit naik” Aku sedang serius.”
“ Ehh untuk
apa aku berbohong.” Kata Radi dengan dahi yang mengekrut “ Kau bisa lihat
sekelilingkan. Kau juga bisa tanyakan mereka.”
Mataku
berpaling untuk berfikir. Otaku berputar putar kencang karena kebingungan.
Apa yang aku
ingat tidak sesuai dengan fakta yang terjadi saat ini.
Aku mulai
bertanya kepada berapa murid-murid yang lain.
Jawaban mereka semua sama.
Mereka memadangku
seperti aku orang gila yang bertanya sesuatu yang sangat aneh.
Lalu apa
yang terjadi barusan apa hanya sebuah bayangan. Seperti bayangan yang ingin
menutupi sesuatu. Dan aku tidak menyadari sedikit pun apa maksud dari bayangan
itu.
Tiba tiba
aku mengingat sebuah nama yang berkaitan dengan kejadian ini.
“ Sadi... “
0 komentar:
Posting Komentar