Rabu, 14 Mei 2014

Bab 4 . Ingatan yang diringkas #4

BAB 4 – Ingatan Yang Diringkas Bagian 4

        “Radi, benarkah kamu tidak berbohong! ”Aku bertanya seraya menggoyang-goyangkan tubuh Radi. Radi hanya berlagak bodoh dan tidak serius dengan pertanyaanku.
Aku dan Radi sudah didalam bis wisata sekarang. Kami duduk sebaris. Setiap baris tempat duduk ditempati oleh dua orang. Ada juga yang tiga orang di bagian kanan kami.
Bis kami berseri A1. Sekolah kami menyewa 4 bis untuk keberangkatan semua siswa. 4 bis itu memiliki inisial B2, C3, D4 dan yang terakhir adalah bis kami sendiri, A1.
Semua sama. Di isi dengan 65 murid di setiap bis.
Untuk kondisi bis, mungkin tidak terlalu bagus.
Interiornya nya tidak rapi. Catnya kebanyakan mengelupas.
Walaupun begitu semua orang terlihat senang karena wisata kita kali ini.
Tempat duduk kami diatur rapi oleh coordinator bis kami. Dan coordinator bis kami adalah orang yang sangat aku kenal, Sadi.
Semenjak kejadian itu aku selalu gelisah dan ingin menanyakan pendapatnya langsung tentang kejadian itu, kejadian yang terjadi saat pengarahan tadi.
Pendapat seburuk apapun yang dilontarkan Sadi maupun Rohan setidaknya akan sedikit menutup kegelisahanku, saat ini. Setidaknya.
Tapi Sadi terlihat sibuk mengkoordinsai bis kami.
Dan juga tadi sempat terjadi kejadian yang agak mengejutkan dari sopir bis dan TL kami. Mereka menanyakan list absensi kelompok bis kami kepada katsu yang bertugas sebagai coordinator. Hal itu di lakukan mendadak. Bahkan saat Radi sedang mengabsen kami. Namun aku tidak berasumsi lain. Aku hanya berasumsi kepada Radi.
Sepertinya Sadi memang benar-benar sangat sibuk. Dia mungkin tidak bisa untuk diajak bicara sebentar, mendengarkan keluhan kecil ini. Keluhan yang mungkin hanya aku yang merasakan.
Tapi ya sudah, semua itu sudah terlewatkan. Bahkan saat kita masuk tadi, aku sudah sedikit melupakan kejadian tadi.
Saat ini kita sudah duduk dan berjajar rapi menunggu keberangakatan bis. Bis akan berangakat pukul 08.30 AM.   

✵✵✵

“ Hei mau cemilan ? . ” sehempas suara membuat lamunan ku hilang berserakan di dalam bis.
Dia adalah Mona, nama lengkapnya Monalia Fadalia. Mona adalah perempuan paling nyentrik di bis ini. Penampilan dan gaya bicaranya mirip artis 21 an. Walaupun begitu dia sangat baik terhadap teman temanya. Dia bukan tipe orang yang memiliki sifat sombong karena wajahnya yang cukup manis. Dia dermawan terhadap apapun yang dia miliki. Terutama pasokan makanan seperti saat ini.
“ Eeee… Mmmm… “ aku tidak bisa menjawab langsung. Entah kenapa aku masih gelisah.
“ Biar aku saja! Aku laparrrrrrrrrr.“ Radi membuat muka yang bodoh lagi, ketika dia mengatakan lapar di depan Mona.
Mona tertawa kecil sambil menyerahkan cemilanya.
“ Stoop!!! Jangan berikan cemilan itu.” suara lain ikut bergabung dalam pembicaraan ini. Terlihat sumber suara memperlihatkan wajahnya, untuk mengintip kami yang ada di belakang.
Dia Manda, nama lenggkapnya Amanda Fadli. Dia teman duduk satu baris Mona. Wajahnya seram walau dia itu permpuan. Bukan mirip laki laki. Pandangannya sinis terhadap laki laki. Itu yang membuatnya terlihat seram.
“Eh… Manda.” Radi terkejut melihat Manda yang ada didepanya. Wajahnya membiru seperti orang yang menahan nafas. Posisi tubuhnya merosot kebawah sesuai pergerakan Manda yang semakin tinggi mengangkat badanya.
“ Dia beracun.” Manda mengacungkan tanganya kearah Radi tanpa ragu-ragu.
Badan Radi semakin merosot diantara tempat duduk.
“ Kau, jangan sembarangan memberikan makan ke orang lain yang tidak kau kenal.” Kata Manda kasar. Seraya mendekatkan wajahnya ke wajah Mona.
“ Ehh.. Mm.. Iya.” Mona tersenyum kecil terpakasa.
Radi langsung berdiri tegak setelah celotehan Manda menyentuh telinganya.
“ Heeee… Kalian lupa kepada ku?” Dia berkata dengan ibu jari mengarah ke dadanya tegap.
“Lalu kau siapa ? .” Ucap Manda sadis. “ Sepertinya kita baru bertemu hari ini.” Manda semakin kejam dengan ucapanya.
Radi memasng wajah lusuh. Dia kalah dalam perdebatan.
“ Ehkk… Zzz…. dasar nenek sihir.”
Tidak sengaja Radi mengomel dengan kata terlarang yang sudah tersegel lama ke hadapan Manda. Olokan yang diberikan oleh beberapa murid kepada Manda yang sangat over protective jika itu bersangkutan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Mona. Manda seperti nenek sihir yang mengurung putri maha cantik Mona di sebuah menara berpilar emas.
“ Ap— “ Sahut manda terkejut “ NENEK SIHIR!!! “ Dahi manda mengeluarkan kerutan, tanda dia marah besar terhadap Radi.
Seketika dia menarik baju Radi dan membentur benturkan tubuh Radi ke bagian kursi yang ada di depanya.
Keramaian ini tidak hanya terjadi di baris kami saja. Semua terlihat senang dan bahagia dengan wisata kali ini.
Setiap murid membicarakan kesukaan mereka masing masing. Game,  film dan banyak hal yang terlihat asyik untuk dibicarakann. Bahkan ada beberapa barisan laki laki yang bermain kartu dan juga catur magnet untuk mengisi waktu luang mereka.
Wajah mereka terlihat menikmati suasana ini. Mungkin hanya wajahku saja yang terlihat gelisah. Seharusnya aku berperilaku biasa dan menikmati wisata ini. Sama halnya seperti mereka. Aku ingat ini tidak akan terjadi lagi di minggu depan, bulan depan ,tahun depan dan bahkan ketika aku kerja nanti.
Aku menghirup nafas panjang yang kini udaranya tercampur oleh AC bus. Aku melihat keluar melalui kaca bus yang sanagt bersih. Sela-sela cahaya sinar matahari menerpa lembut dipukul 07.00 ini. Aku memeperhatikan tatanan langit yang menutupi matahari terlihat biru dan juga menyejukan.
“ Sudalah…”
Aku mengatakannya dalam-dalam kedalam hatiku dan mencoba untuk merasa tenggelam di genangan air yang banyak memiliki gemericik. Untuk mengosongkan pikiran dan menghilangkan beban.
Setidaknya aku harus menikmati candaan yang diperagakan orang-orang disekitarku ini. Dan melakukan tindakan normal sesuai fakta yang aku alami sekarang.
“Hei mau cemilan?”  Suara yang mengajaku untuk beralih topic dan juga pikiran.
Manda menawari ku sebungkus cemilan.
Radi terlihat marah melihat ulah manda yang mencoba mengabaikanya.
 “ KENAPAAA !!! “ Dia marah karena hanya aku yang di tawari cemilan oleh Manda.
Mereka berdua saling membenturkan kepala seperti anak kecil yang sedang bertengkar. Aku tertawa kecil lega melihat mereka.

✵✵✵



“ Pak AC nya bocor!” Salah seorang murid meneriaki kondektur bus yang berkerja sebagai TL (Travel Leader) di dalam Bus. Selain bertugas sebagai seorang TL di dalam bus dia juga bertugas sebagai perawatan dan pembersihan bagian-bagian bus terutama di bagian AC yang sering bocor.
“ Akh! jadi dingin.” Aku menggosokan telapak tanganku untuk mengurangi rasa dingin.
Saat ini pukul 09.50 AM. Bis sudah berangkat sekitar 1 jam 20 menit yang lalu. Seharusnya perbandingan suhu di luar bis dan di dalam bis bisa membuat stimulasi hangat yang cukup nyaman. Tapi karena AC sedang bocor kali ini. Udara di dalam bis sangat menusuk di seluruh bagian tubuhku.
“Dek tolong titip!!!”
Tiba tiba TL bis menitipkan Koran barunya kepadaku ketika dia sedang memperbaiki kebocoran AC. Dia terlihat kesulitan ketika membuka pintu kecil tempat pipa AC di salurkan. TL bis sudah mengira-ngira bahwa pipa AC bagian tengah yang berada disekitar bagian atas ku ini akan bocor.
TL bis menceritakan keluhanya kepada kami. Ini sudah sering terjadi. Sopir dan TL bis juga sudah melaporkanya ke perusahaan agen bus tempat dia bekerja.
Tapi laporanya tetap tidak di tanggapi serius dari pemilik agen bus itu. Tat kala setiap kali ada kebocoran TL bus harus turun tangan untuk memperbaiki kerusakan tersebut.
Alasan agen bus itu pun tidak jauh berbeda dari alasan pertama pak sopir melapor. Itu sebabnya Tukang TL dan sopir bis selalu kesusahan jika hal ini terjadi. Mereka takut langganan wisata mereka akan memilih pelanggan lain.
Bukan berarti TL dan sopir bis terus saja diam. Bahkan laporan ini sudah dikirm berulang-ulang. Perkara yang diambil bukan hanya di bagian AC yang bocor. Dibagian cat dan beberapa interior yang buruk juga sudah dia sematkan. Kertas laporan putih itu dia kirim kepada agen bus tempat TL dan sopir bis bekerja. Namun hasilnya sama.
 Fifty fifty.
Tapi sikap tenang TL bis ini membuat semuanya berjalan lancer dan juga baik.
Suhu sedikit demi sedikit mulai membaik. Murid yang awalnya tadi protes kini tidur kembali di dekapan bantal yang dia bawah. Aku yang dari tadi terduduk, mencoba menghilangkan kebosanan dengan membalik-balik Koran yang diberikan TL bis saat tadi.
TL bis melihat ke arahku sekilas .
Seperti ingin memastikan.
Tapi dihilingkanya wajah serius itu kearah lubang AC yang masih harus dia perbaiki. Aku melihat tanggal dari Koran itu seperti baru di muat hari ini. Baunya juga seperti baru di cetak.  
Sambil membolak-balik bosan aku memasang wajah malas dan posisi tubuh seperti ingin merosot kebawah lantai.
Aku balik halaman satu-persatu mulai dari halaman satu…
Setelah itu halaman dua… Halaman tiga…Empat…Lima…6…7…
Delapan— Dan Apa..? Aku terhenti di halaman itu.
Aku membaca isi Koran itu dengan wajah yang penasaran. Seperti isi berita dari Koran itu tidak asing.
“ 7 hari yang lalu ? itu sama halnya seperti hari dimana saudara Rohan mengalami kecelakaan— Lalu…”

*SSSSSRREKKKSSSS..!!! (suara Koran yang tergesek)

Tiba tiba TL bis mengambil kembali Koran yang dia berikan kepadaku secara paksa.
“ Sudah selesai dek AC nya. Sudah tidak bocor lagi.” Dia tersenyum di buat-buat seperti ingin memalingkan suasana seriusku dalam membaca koran yang dia berikan kepadaku.
Seketika TL bis itu  berjalan tunggang langgang untuk kembali ketempat duduk dia semula. Setelah itu aku tidak peduli lagi dengan bayangan wajah yang dia berikan kepadaku pada saat tadi. Hanya seperti sebuah arus pendek. Cepat menghilang.
Sekarang aku membuat posisi menumpuk diatas kaki Radi yang sedang tertidur pulas. Kepalaku menjorok ke tengah bis dan aku melihat kearah Sadi dan Rohan yang tidur duduk berdampingan di kursi paling belakang.
Perasan gelisaku timbul lagi. Seperti kertas putih yang terdapat coretan kotor di setiap sisi halusnya.
Aku teringat akan kejadian kenapa mereka memilih tempat duduk yang paling belakang yang jelas-jelas sedikit jauh dari AC bus. Dan juga tidak ada sandaran di depanya.
Kalian tahukan sandaran yang aku maksud. Setiap kursi yang sejajar kebelakang selalu terdapat sandaran kursi lain didepanya. Seperti halnya aku yang duduk di kursi bagian kiri bis ini. bagian sandaran kursi ku yaitu kursi Manda yang berada di depanku. Sedangkan kasuhi mendapat bagian sandaran kursi Mona yang berada di depanya. Hal itu akan membuatmu efisien jika bersandar kedepan.
Apa yang mereka inginkan sehingga memilih tempat duduk disana? Apa mereka ingin sedikit menjauhiku karena takut aku akan bertanya membingungkan seperti kepada teman-teman yang lain saat tadi. Apa mereka tersinggung. Aku tidak ingin memikirkan hal seperti itu saat ini. Yang aku pikirkan kenapa mereka memilih posisi paling belakang padahal mereka mendapat urut nomer paling depan di kursi bus ini.
Aku semakin penasaran saat melihat ke wajah mereka.
Dan tiba tiba …

*JDUUKKK.. (suara punggungku terbentur sandaran depan karena kaki kasuhi terangkat)

Kasuhi mengangkat kakinya reflek dan membuat punggungku terbentur ke kursi mona dengan keras.
“ Ehh… Ada apa?.” Mona terkejut karena benturan tadi. Dia melihat kearah kami melalui samping kanan kursinya.
“ Si beracun berulah lagi.” Manda juga ikut melihat dengan wajah menakutkannya.
Saat mereka melihatku diposisi seperti ini. Mereka terdiam sejenak.
Aku merasakan perasaan aneh dengan serangan tidak langsung dari tatapan mereka.
“ Eh kau homo yah? .” Manda dengan mulut kejamnya tiba-tiba menyerukan suara terlebih dahulu.
“ Heeee… Mandaa!!!” Secepat kilat mona menutup mulut manda dengan tangan kirinya.
Aku masih kebingungan kenapa Manda berkata seperti itu. Aku mulai memperhatikan situasiku sekarang.
“HHHAAAHH..!! ini bukan seperi itu.” Aku tersadar akan posisiku dan kasuhi yang saling menumpuk.
“ Tidak apa–apa Erenda. Manda hanya bercanda. Hehe.” Mona tersenyum terpaksa lagi.
“ Jangan langsung percaya.” Sahutku cepat karena malu.
“ Tenang –tenang. Kami akan menjaga rahasia ini.”  Manda berkata seperti dia tahu rahasia kami. Tahu banyak hal tentang rahasia kami.
“ Ehh AaaaaaaaaaaaaaaaaaaHhhhhhHHHHHHHHHH…!!!!!!.”
Aku akhirnya menyerah kepada mereka. Mona dan Manda tertawa dengan manis dihadapanku.


✵✵✵
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar